Sejarah Copywriting itu seru banget kalau dilihat dari perjalanan panjangnya, mulai dari awal abad 20 hingga sekarang.
Dulu, copywriting identik dengan iklan-iklan cetak yang catchy banget, sekarang sudah berkembang pesat dengan adanya teknologi canggih seperti AI.
Kalau Anda perhatikan, banyak banget teknik yang digunakan sekarang sebenarnya sudah ada sejak dulu.
Jadi, yuk kita lihat gimana sejarah copywriting berubah dan beradaptasi seiring waktu, dari iklan tradisional sampai era digital sekarang ini.
Sejarah Copywriting
Sejarah Copywriting dari Abad ke-20

Sejak awal abad ke-20, teknik dan media yang digunakan dalam copywriting terus berkembang.
Dari iklan cetak hingga kecerdasan buatan, setiap era membawa perubahan signifikan dalam cara pesan disampaikan kepada audiens.
Di bagian ini akan menelusuri sejarah copywriting dari sejak awal abad ke-20 hingga era digital seperti saat ini.
Termasuk bagaimana teknologi mengubah pendekatan pemasaran, serta tren terbaru yang membentuk masa depan industri ini.
Era Awal (1900-1950): Media Cetak dan Teknik Persuasi

Pada awal abad ke-20, media cetak seperti koran, majalah, dan pamflet menjadi saluran utama pemasaran.
Brand mulai mengembangkan teknik copywriting yang lebih persuasif untuk menarik perhatian pembaca.
Era ini ditandai dengan penggunaan headline yang kuat, bahasa yang persuasif, serta iklan berbasis storytelling untuk membangun kepercayaan dan meningkatkan penjualan.
Dengan keterbatasan media, kreativitas dalam menyusun pesan menjadi kunci utama keberhasilan pemasaran.
- Headline kuat: Menarik perhatian dengan frasa singkat dan tajam.
- Deskripsi panjang: Menjelaskan produk secara rinci dengan gaya naratif.
- Call-to-action langsung: Mengajak pembaca untuk membeli atau mencoba produk segera.
Contoh terkenal dari era ini adalah iklan “They Laughed When I Sat Down at the Piano” oleh John Caples.
Iklan ini menggunakan teknik storytelling yang membangun emosi pembaca sebelum menawarkan solusi berupa kursus musik.
Era TV & Radio (1950-1980): Dominasi Media Suara dan Visual

Pada periode 1950-1980, televisi dan radio menjadi media utama dalam menyampaikan pesan pemasaran.
Iklan berbasis suara dan visual mendominasi, menciptakan tren baru dalam strategi pemasaran.
Dengan jangkauan yang luas dan daya tarik yang kuat, brand mulai memanfaatkan slogan yang mudah diingat, jingle yang catchy, serta iklan TV yang emosional untuk menarik perhatian audiens.
Inilah era di mana iklan mulai membentuk budaya pop dan menciptakan dampak jangka panjang bagi banyak brand besar.
- Iklan radio: Menggunakan suara dan intonasi untuk membangun daya tarik emosional.
- Iklan televisi: Menggabungkan visual, suara, dan teks untuk meningkatkan daya ingat merek.
- Jingle dan slogan: Membuat pesan lebih mudah diingat, seperti “Just Do It” dari Nike.
Brand besar seperti Coca-Cola dan McDonald’s mulai menggunakan pendekatan storytelling yang lebih kuat, menekankan pengalaman emosional dalam iklan mereka.
Era Digital Awal (1980-2000): Munculnya Internet dan Email Marketing

Perkembangan teknologi di era 1980-2000 membawa perubahan besar dalam dunia pemasaran dengan hadirnya internet dan email marketing.
Brand mulai beralih dari media tradisional ke platform digital, membuka peluang baru dalam menjangkau audiens secara lebih luas dan personal.
Email menjadi salah satu alat pemasaran utama, memungkinkan brand untuk mengirim pesan langsung ke pelanggan dengan strategi yang lebih terukur.
Inilah awal dari revolusi digital, di mana pemasaran mulai bergeser ke arah yang lebih interaktif, cepat, dan berbasis data.
- Direct response copywriting: Digunakan dalam katalog dan surat penawaran.
- Email marketing: Memanfaatkan daftar pelanggan untuk mengirim promosi langsung.
- Banner ads: Iklan visual yang memikat perhatian pengguna internet.
Salah satu contoh sukses adalah kampanye email marketing awal dari Amazon, yang mengandalkan personalisasi untuk meningkatkan konversi pelanggan.
Baca: Apa Itu Era Digital: Dampak + 7 Cara Hidup Gaya Baru
Era Media Sosial & Konten Digital (2000-2020): Adaptasi ke Platform Online

Memasuki era 2000-2020, media sosial dan konten digital mengubah cara brand berkomunikasi dengan audiens.
Platform seperti Facebook, Instagram, YouTube, dan Twitter menjadi kanal utama dalam strategi pemasaran, memungkinkan interaksi langsung dan real-time dengan konsumen.
Brand tidak lagi hanya mengandalkan iklan satu arah, tetapi mulai membangun engagement, storytelling, dan pemasaran berbasis komunitas.
Konten digital seperti blog, video, dan influencer marketing semakin berkembang, menjadikan pemasaran lebih dinamis dan personal dibandingkan sebelumnya.
- SEO Copywriting: Mengoptimalkan teks agar mudah ditemukan di mesin pencari.
- Microcopy: Teks pendek untuk tombol, notifikasi, dan navigasi aplikasi.
- Storytelling digital: Menggunakan narasi untuk membangun koneksi dengan audiens.
- Konten interaktif: Polling, kuis, dan video pendek untuk meningkatkan engagement.
Brand seperti Apple dan Tesla menggunakan storytelling digital untuk menciptakan citra eksklusif dan inovatif.
Baca: Dampak Media Sosial pada Bisnis Update Terbaru
Era AI & Otomatisasi (2020-Sekarang): Peran Kecerdasan Buatan dalam Copywriting
Teknologi kecerdasan buatan (AI) telah merevolusi dunia copywriting dan pemasaran digital. Sejak 2020, brand semakin mengandalkan AI dan otomatisasi untuk menciptakan konten yang lebih cepat, efisien, dan personal.
Dengan hadirnya chatbot, analisis data berbasis AI, serta alat copywriting otomatis, strategi pemasaran menjadi lebih terukur dan responsif terhadap kebutuhan audiens.
Di era ini, kreativitas manusia berpadu dengan kecanggihan teknologi untuk menghasilkan copywriting yang lebih relevan, personal, dan berdampak tinggi.
- AI copywriting tools: Seperti ChatGPT, Jasper, dan Copy.ai untuk menghasilkan teks otomatis.
- Hyper-personalization: Iklan digital yang menyesuaikan pesan dengan preferensi pengguna.
- UX Copywriting: Fokus pada pengalaman pengguna dalam aplikasi dan website.
- Conversational Copy: Gaya penulisan yang meniru interaksi manusia untuk chatbot dan asisten virtual.
Namun, Meskipun AI mampu menghasilkan teks berkualitas, peran manusia tetap diperlukan untuk memastikan kreativitas dan emosi dalam copywriting.
Baca: Data Pengguna AI di Indonesia Update Terbaru
Tren Terbaru dalam Copywriting (2025 dan ke Depan)
Industri copywriting terus berkembang dengan beberapa tren baru yang mulai mendominasi:
- Copywriting berbasis data: Menggunakan analitik untuk mengukur efektivitas teks pemasaran.
- AI sebagai asisten, bukan pengganti: Menggunakan AI untuk mendukung, bukan menggantikan copywriter manusia.
- Integrasi dengan AR/VR: Menggunakan teknologi augmented reality untuk menciptakan pengalaman interaktif.
- Storyselling: Menggabungkan storytelling dengan elemen persuasif secara halus.
Kesimpulan
Copywriting telah mengalami evolusi besar dari media cetak ke digital, dari iklan panjang hingga microcopy singkat.
Teknologi seperti AI semakin berperan, tetapi kreativitas dan pemahaman emosional tetap menjadi elemen kunci.
Dengan memahami sejarah copywriting dan tren terbaru, copywriter dapat terus beradaptasi dan menciptakan teks yang relevan, menarik, dan efektif dalam dunia pemasaran modern.