Di era digital, personal branding menjadi faktor kunci dalam membangun reputasi dan kepercayaan.
Storytelling dalam personal branding adalah teknik yang efektif untuk menyampaikan nilai, visi, dan perjalanan hidup seseorang secara autentik.
Dengan menyusun cerita yang kuat, seseorang dapat membangun citra diri yang menarik dan berkesan di mata audiens.
Storytelling tidak hanya digunakan oleh public figure atau pebisnis, tetapi juga oleh profesional di berbagai bidang untuk membedakan diri dari kompetitor.
Artikel ini akan membahas peran storytelling, cara menyusun “origin story” yang inspiratif, contoh figur publik yang sukses menggunakan storytelling, serta kesalahan umum dalam personal storytelling yang perlu dihindari.
Baca: Apa Itu Storytelling: Definisi + Panduan Untuk Pemula
Peran Storytelling dalam Personal Branding
Cara Menyusun “Origin Story” yang Inspiratif
Origin story adalah kisah yang menggambarkan bagaimana seseorang memulai perjalanan hidup atau karier mereka, tantangan yang dihadapi, serta pencapaian yang berhasil diraih.
Storytelling dalam personal branding tidak hanya bertujuan untuk membagikan pengalaman, tetapi juga untuk menciptakan hubungan emosional yang kuat dengan audiens.
Sebuah origin story yang inspiratif memiliki elemen yang jelas dan menggugah, serta dapat membantu membangun citra diri yang otentik dan relatable.
1. Tentukan Momen Kunci dalam Perjalanan Anda
Setiap cerita memiliki momen penting yang mengubah arah hidup seseorang. Dalam menyusun origin story, penting untuk mengidentifikasi titik balik dalam hidup atau karier yang menjadi dasar perjalanan personal branding Anda.
Elemen Penting dalam Menentukan Momen Kunci:
- Titik Awal: Apa latar belakang awal Anda sebelum mencapai titik saat ini?
- Tantangan Utama: Apa hambatan terbesar yang pernah Anda hadapi, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional?
- Momen Transformasi: Kapan Anda mulai berubah atau membuat keputusan besar yang membawa Anda ke arah yang lebih baik?
- Pelajaran yang Diperoleh: Apa nilai utama yang selalu Anda pegang dalam kehidupan dan karier?
Pertanyaan untuk Menggali Momen Kunci
Untuk membantu menggali cerita terbaik yang bisa digunakan dalam personal branding, jawablah beberapa pertanyaan berikut:
- Apa pengalaman terbesar yang membentuk diri Anda hari ini?
- Apa tantangan terbesar yang pernah Anda hadapi, dan bagaimana Anda mengatasinya?
- Apa kesalahan terbesar yang pernah Anda buat, dan apa yang Anda pelajari darinya?
- Apakah ada seseorang yang sangat memengaruhi perjalanan hidup atau karier Anda?
- Apa nilai dan prinsip hidup yang selalu Anda pegang dalam perjalanan Anda?
Contoh Penerapan: Seorang desainer grafis yang kini sukses dapat menceritakan bagaimana ia dulu tidak memiliki akses ke pendidikan formal dalam desain, tetapi karena kecintaannya terhadap seni, ia belajar secara otodidak.
Setelah menghadapi banyak penolakan dari klien dan industri, ia akhirnya mendapatkan proyek pertamanya, yang mengubah arah kariernya.
2. Gunakan Struktur 3 Babak (Awal, Tengah, Akhir)
Seperti dalam storytelling pada umumnya, origin story yang kuat harus memiliki struktur yang jelas agar audiens dapat mengikuti alur cerita dengan mudah.
Struktur 3 Babak dalam Origin Story
Awal (Setup): Gambarkan latar belakang Anda sebelum mencapai titik sekarang.Bagikan kondisi atau pengalaman awal yang menjadi titik mula perjalanan Anda.Perkenalkan nilai atau keyakinan awal yang membentuk karakter Anda.
Contoh:
- Seorang pengusaha sukses mungkin memulai cerita dengan bagaimana ia lahir di lingkungan sederhana, di mana tidak ada banyak kesempatan untuk berkembang.
- Seorang atlet profesional mungkin menceritakan masa kecilnya di mana ia harus berlatih tanpa peralatan memadai, tetapi memiliki tekad besar untuk menjadi juara.
Tengah (Konflik & Tantangan): Ceritakan rintangan terbesar yang pernah Anda hadapi dalam hidup atau karier.Tunjukkan bagaimana tantangan tersebut menguji kemampuan, mentalitas, dan kepercayaan diri Anda.
Bagikan bagaimana Anda mengatasi kesulitan tersebut, baik melalui kerja keras, inovasi, atau dukungan dari orang lain.Contoh:
- Seorang pengusaha bisa berbagi cerita tentang bagaimana ia gagal dalam bisnis pertamanya dan kehilangan hampir seluruh modalnya.
- Seorang pemimpin bisnis mungkin berbicara tentang bagaimana ia ditolak oleh banyak investor, tetapi akhirnya menemukan strategi baru yang membawanya pada kesuksesan.
Akhir (Resolusi & Kesuksesan): Bagikan pencapaian yang berhasil diraih setelah melewati tantangan.Tunjukkan bagaimana perjalanan ini membentuk diri Anda saat ini.Berikan pesan inspiratif atau pelajaran yang bisa diambil audiens dari cerita Anda.
Contoh:
- Seorang pemilik perusahaan teknologi bisa menceritakan bagaimana usahanya berkembang setelah bertahun-tahun berjuang dan sekarang membantu ribuan pengguna di seluruh dunia.
- Seorang motivator bisa berbagi cerita tentang bagaimana kesulitan masa lalu mengajarinya untuk terus maju, dan sekarang ia membagikan pengalaman tersebut untuk membantu orang lain.
Baca: Teknik Dasar Storytelling: Panduan Lengkap untuk Pemula
3. Contoh Penerapan Origin Story dalam Personal Branding
Contoh 1: Seorang Pengusaha Teknologi
- Awal: Seorang lulusan universitas biasa yang kesulitan mendapatkan pekerjaan di industri teknologi.
- Tengah: Mempelajari coding secara otodidak dan menghadapi banyak penolakan dari perusahaan besar.
- Akhir: Akhirnya berhasil mendirikan startup teknologi yang kini digunakan oleh ribuan orang.
Contoh 2: Seorang Atlet Profesional
- Awal: Seorang anak dari kota kecil dengan keterbatasan fasilitas olahraga.
- Tengah: Berlatih keras setiap hari dan menghadapi cedera yang hampir menghentikan kariernya.
- Akhir: Berhasil memenangkan kejuaraan dan sekarang menginspirasi atlet muda.
Contoh 3: Seorang Influencer Motivasi
- Awal: Memiliki masa kecil yang sulit, tumbuh dalam kondisi penuh keterbatasan.
- Tengah: Menghadapi tantangan mental dan sosial yang hampir membuatnya menyerah.
- Akhir: Menggunakan pengalaman tersebut untuk membangun konten inspiratif yang membantu ribuan orang.
Contoh Public Figure yang Sukses Memanfaatkan Storytelling dalam Personal Branding
Banyak public figure yang menggunakan storytelling sebagai alat utama dalam membangun personal branding mereka. Berikut adalah beberapa contoh sukses:
1. Oprah Winfrey – Mengubah Kesulitan Menjadi Inspirasi
Oprah Winfrey dikenal sebagai salah satu public figure yang membangun personal branding melalui storytelling yang kuat.
Bagaimana Oprah Menggunakan Storytelling?
- Oprah membagikan perjalanan hidupnya dari masa kecil yang penuh tantangan hingga menjadi ikon media global.
- Ia sering menghubungkan pengalaman pribadinya dengan cerita orang lain untuk menciptakan koneksi emosional yang mendalam dengan audiensnya.
- Menggunakan kisah “dari nol ke sukses” untuk menginspirasi banyak orang, terutama perempuan dan komunitas minoritas.
2. Elon Musk – Visioner dengan Narasi Masa Depan
Elon Musk membangun citra dirinya sebagai inovator yang membawa perubahan besar bagi dunia.
Strategi Storytelling Elon Musk:
- Menggunakan narasi bahwa ia bukan sekadar pebisnis, tetapi seseorang yang ingin membawa umat manusia ke masa depan yang lebih baik (mobil listrik, eksplorasi luar angkasa).
- Menggunakan storytelling berbasis visi jangka panjang, seperti eksplorasi Mars dan energi terbarukan.
- Membagikan tantangan yang dihadapi dalam membangun Tesla dan SpaceX untuk menciptakan kesan ketekunan dan kegigihan.
3. Richard Branson – Pengusaha dengan Jiwa Petualang
Richard Branson, pendiri Virgin Group, membangun personal branding yang berbeda dari pengusaha lainnya dengan pendekatan yang lebih santai dan penuh petualangan.
Ciri Khas Storytelling Branson:
- Memasukkan elemen petualangan dan humor dalam kisah bisnisnya.
- Berani berbagi kegagalan yang pernah dialami, sehingga audiens dapat melihat sisi manusiawinya.
- Menggunakan pendekatan storytelling yang membuat audiens merasa Virgin Group adalah perusahaan yang berjiwa bebas dan berani mencoba hal baru.
Kesalahan Umum dalam Personal Storytelling
Storytelling yang efektif dalam personal branding tidak hanya tentang menceritakan kisah, tetapi juga bagaimana menyajikannya dengan cara yang tepat dan berdampak bagi audiens.
Banyak orang melakukan kesalahan dalam menyusun narasi personal mereka, yang justru membuat branding mereka kurang autentik atau sulit dihubungkan oleh audiens.
Berikut beberapa kesalahan umum dalam personal storytelling, beserta solusi untuk mengatasinya agar cerita yang disampaikan lebih kuat dan berkesan.
1. Terlalu Fokus pada Diri Sendiri
Kesalahan:
- Hanya menonjolkan pencapaian pribadi tanpa memberikan makna yang lebih luas bagi audiens.
- Terlalu sering menceritakan kesuksesan tanpa menyertakan elemen pembelajaran atau inspirasi yang dapat diambil oleh orang lain.
- Membuat audiens merasa seperti pendengar pasif alih-alih merasa terhubung dengan cerita.
Solusi:
- Berikan nilai bagi audiens dengan menekankan bagaimana pengalaman Anda bisa membantu atau menginspirasi mereka.
- Sisipkan pelajaran atau wawasan dari perjalanan Anda yang dapat diterapkan oleh audiens dalam kehidupan mereka.
- Gunakan pendekatan inklusif, seperti menceritakan kisah dalam format “saya pernah mengalami ini, dan mungkin Anda juga pernah menghadapinya.”
Contoh yang baik:
Alih-alih mengatakan, “Saya berhasil membangun bisnis dari nol menjadi perusahaan besar,” ubah narasi menjadi, “Saya pernah mengalami kebangkrutan sebelum akhirnya menemukan strategi yang berhasil. Jika Anda sedang mengalami kesulitan, ini beberapa pelajaran yang bisa membantu.”
2. Cerita yang Tidak Konsisten dengan Personal Brand
Kesalahan:
- Menyampaikan cerita yang tidak sejalan dengan identitas atau pesan utama personal branding Anda.
- Mengubah-ubah cerita secara drastis sehingga audiens bingung dengan citra yang ingin dibangun.
- Menceritakan kisah yang terasa terlalu generik atau tidak memiliki kaitan dengan bidang atau niche yang ingin Anda tekuni.
Solusi:
- Tetapkan tema utama personal branding Anda dan pastikan setiap cerita yang Anda bagikan selalu mendukung tema tersebut.
- Saring informasi yang relevan, hanya bagikan kisah yang benar-benar berkontribusi dalam membangun citra diri yang ingin ditampilkan.
- Jaga konsistensi nada dan gaya storytelling, sehingga audiens dapat dengan mudah mengenali cerita Anda sebagai bagian dari branding yang kuat.
Contoh yang baik: Seorang ahli pemasaran digital yang ingin membangun personal brandingnya harus menceritakan perjalanan profesionalnya, strategi yang berhasil, atau tantangan yang pernah dihadapi dalam dunia pemasaran.
Jika ia tiba-tiba bercerita tentang pengalaman sebagai koki atau hobinya bermain gitar tanpa keterkaitan dengan pemasaran, itu dapat mengaburkan brand yang ingin ia bangun.
3. Tidak Menyertakan Konflik atau Tantangan
Kesalahan:
- Menceritakan perjalanan yang terlalu mulus dan sempurna tanpa ada hambatan atau kesulitan.
- Menghindari membicarakan kegagalan atau tantangan karena takut terlihat lemah.
- Membuat cerita terasa kurang relatable bagi audiens, karena kehidupan nyata tidak selalu berjalan lancar.
Solusi:
- Tambahkan elemen konflik atau tantangan agar cerita lebih realistis dan menarik.
- Bagikan bagaimana Anda mengatasi rintangan, bukan hanya membanggakan hasil akhirnya.
- Gunakan pendekatan storytelling berbasis transformasi, yang menunjukkan perubahan dari titik sulit menuju keberhasilan.
Contoh yang baik: Alih-alih hanya mengatakan, “Saya berhasil mencapai posisi ini dalam waktu lima tahun,” ceritakan perjalanan yang lebih lengkap:
“Saya pernah menghadapi kegagalan besar di awal karier saya. Saat itu, saya hampir menyerah, tetapi saya memutuskan untuk belajar dari kesalahan dan mencoba strategi baru. Kini, saya bisa mencapai posisi ini berkat pengalaman berharga tersebut.”
4. Kurang Emosi dan Keaslian
Kesalahan:
- Menggunakan bahasa yang terlalu kaku atau terdengar seperti skrip yang dipoles berlebihan.
- Tidak menunjukkan sisi emosional atau perasaan yang menyertai perjalanan yang diceritakan.
- Terlalu banyak berfokus pada fakta dan angka tanpa memberikan sentuhan personal yang membuat cerita lebih hidup.
Solusi:
- Gunakan bahasa yang lebih natural dan personal, seolah-olah sedang berbicara langsung dengan audiens.
- Sisipkan elemen emosional, seperti bagaimana perasaan Anda saat menghadapi tantangan atau bagaimana keberhasilan tertentu mengubah hidup Anda.
- Jangan takut untuk menunjukkan sisi manusiawi, termasuk kelemahan atau ketakutan yang pernah dialami.
Contoh yang baik: Alih-alih mengatakan, “Saya pernah gagal dalam bisnis pertama saya, lalu saya mencoba lagi dan akhirnya sukses,” buat cerita lebih emosional dan mendalam:
“Saat bisnis pertama saya gagal, saya merasa sangat terpukul. Saya bahkan ragu apakah saya bisa bangkit lagi.
Namun, setelah refleksi mendalam, saya menyadari bahwa kegagalan itu adalah pelajaran berharga yang mengajari saya tentang ketahanan dan strategi bisnis yang lebih baik.”
Bagaimana Menghindari Kesalahan Ini dalam Personal Storytelling?
Untuk membangun personal branding yang kuat melalui storytelling, ada beberapa langkah yang bisa diikuti:
- Tentukan pesan utama: Sebelum membagikan cerita, pastikan cerita tersebut relevan dengan citra diri yang ingin dibangun.
- Gunakan pendekatan “cerita untuk audiens”: Pastikan bahwa cerita tidak hanya tentang diri sendiri, tetapi juga memberikan nilai dan inspirasi bagi orang lain.
- Gunakan format storytelling yang jelas: Struktur tiga babak (awal, tengah, akhir) akan membantu cerita lebih mudah dipahami dan menarik.
- Jaga keaslian: Hindari melebih-lebihkan pencapaian dan tetap transparan tentang tantangan yang pernah dihadapi.
- Tes cerita dengan audiens kecil terlebih dahulu: Bagikan cerita kepada teman atau kolega untuk melihat reaksi mereka sebelum dipublikasikan lebih luas.
Kesimpulan
Storytelling dalam personal branding adalah teknik yang sangat efektif untuk membangun citra diri yang kuat dan menarik.
Dengan menyusun origin story yang inspiratif, Anda dapat menciptakan hubungan emosional yang lebih dalam dengan audiens.
Figur publik seperti Oprah Winfrey, Elon Musk, dan Richard Branson telah membuktikan bagaimana storytelling yang kuat dapat mengangkat personal branding mereka.
Namun, penting untuk menghindari kesalahan umum seperti terlalu fokus pada diri sendiri, cerita yang tidak konsisten, dan kurangnya emosi dalam narasi.
Dengan menerapkan strategi storytelling yang tepat, personal branding Anda akan lebih berdampak, mudah diingat, dan memberikan nilai bagi audiens.